Anggaran Harus Berpihak pada Peningkatan Minat Baca
Anggota Komisi X DPR Sri Meliyana menegaskan, anggaran dalam APBN harus berpihak pada peningkatan minat baca masyarakat. Apalagi data World's Most Literate Nations, yang disusun oleh Central Connecticut State University tahun 2016 menyebutkan, peringkat literasi Indonesia berada di posisi kedua terbawah dari 61 negara yang diteliti.
Demikian disampaikannya saat kunjungan spesifik Komisi X DPR ke Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara, baru-baru ini. Kunjungan spesifik ini dipimpin oleh Anggota Komisi X DPR Bambang Sutrisno (F-PG/dapil Jateng), dan diikuti oleh Anggota Komisi X DPR Isma Yatun (F-PDI Perjuangan/dapil Lampung), Marlinda Irwanti (F-PG/dapil Jateng), dan Sy. Anas Thahir (F-PPP, dapil Jatim).
Meli menambahkan, permasalahan perpustakaan di setiap daerah hampir sama, diantaranya sarana dan prasarana yang kurang, SDM yang tidak mumpuni, hingga manajemen yang lemah. Ia pun tak memungkiri, minimnya anggaran menjadi masalah terbesar dalam meningkatkan minat baca. Bahkan pagu anggaran Perpustakaan Nasional Repulik Indonesia (PNRI) dalam RAPBN 2017 hanya Rp 563 miliar.
“Kalau memang kita mau memperkuat literasi atau minat baca dan memajukan perpustakaan, anggaran harus berpihak. Tanpa keberpihakan anggaran, semua hanya tinggal cita-cita. Kalau begini, apa mau slogan-slogan perpustakaan tidak terlaksana,” tegas Meli.
Untuk membantu program peningkatan minat baca, Politisi F-Gerindra itu mendukung penyaluran mobil perpustakaan keliling ke daerah-daerah, salah satunya ke Provinsi Sultra ini. Apalagi, dengan jumlah mencapai 17 kota dan kabupaten di Sultra. Ia mendukung satu kabupaten/kota minimal satu mobil perpustakaan keliling.
“Kita harapkan, walaupun jumlah mobil tidak banyak, turunnya merata. Apalagi dengan ciri khas kita yang daerahnya luas dan antar pemukiman yang jauh, sehingga perpustakaan keliling itu menjadi kebutuhan. Bantuan berupa mobil perpustakaan keliling itu yang paling diharapkan. Yang pertama mobilnya dulu, baru isi pustakanya,” jelas Meli.
Politisi asal dapil Sumsel itu menyarankan kepada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sultra untuk mengikutsertakan semua pihak dalam program peningkatan minat baca. Termasuk dengan perpustakaan komunitas, dan perusahaan di daerah dengan kerjasama tanggung jawab sosial (CSR) perusahaan.
“Ini memang butuh upaya yang lebih keras lagi. Walaupun kami tidak mampu menjanjikan semua permintaan dari Pemprov Sultra, tapi kami mendukung. Kita harus jujur, hal ini menjadi suatu kebutuhan yang mendesak. Karena kita tidak akan menjadi cerdas, jika kita tidak membaca,” tutup Meli.
Dalam kesempatan ini, Sekprov Sultra, Lukman Abunawas mengatakan, Sumber Daya Manusia (SDM) untuk perpustakaan masih minim. Jumlah staf perpusda dinilai masih minim untuk memenuhi kebutuhan. Diketahui, staf perpusda dari PNS sebanyak 70 orang, dan pegawai kontrak sebanyak 30 orang.
“Sarana prasarana kami juga masih minim. Koleksi buku kami juga sangat terbatas. Sehingga kami berharap ada penambahan koleksi buku,” harap Lukman. Ia juga berharap, anggaran untuk perpustakaan juga dapat ditingkatkan.
Saat pertemuan, sejumlah perwakilan perpustakaan komunitas dan perwakilan perpustakaan sekolah mengeluhkan hal yang sama. Sarana dan prasarana masih minim, belum adanya perpustakaan keliling dan pelatihan SDM perpustakaan. (sf), foto : sofyan/hr.